Ketika kita mengenal seorang bocah laki-laki, lantas beberapa tahun tidak bertemu dengannya lagi, maka biasanya kita akan menjadi sedikit terkejut dengan perubahan suaranya ketika kita menuinya lagi di saat ia beranjak remaja. Suara anak laki-laki memberat dengan drastis ketika mereka tumbuh dewasa. Dari mana suara bass tersebut berasal?
Untuk memahami fenomena ini, perlu dipahami mekanisme keluarnya suara pada tubuh manusia. Telah umum diketahui bahwa manusia memiliki pita suara di dalam kerongkongan. Organ inilah yang berperan penting dalam produksi suara manusia. Berikut ini adalah gambar pita suara manusia.
|
Perbedaan kondisi pita suara manusia antara ketika berbicara (atas) dan bernafas (bawah) |
Ketika kita bersuara, paru-paru menghembuskan udara ke dalam kerongkongan sehingga terjadi aliran udara yang menggetarkan pita suara. Getaran pita suara inilah yang mebghasilkan bunyi dan merambat di udara hingga sampai ke telinga orang yang mendengarnya. Frekuensi (tinggi rendahnya nada) yang dihasilkan pita suara bergantung pada seberapa banyak getaran pita suara tersebut per detiknya. Semakin banyak getaran yang terjadi per detik, maka frekuensinya semakin tinggi (semakin melengking). Sebaliknya, semakin sedikit getaran yang terjadi per detik, maka frekuensinya semakin rendah (semakin berat/ngebass).
Ketika anak lelaki masih berusia balita, pita suaranya masih tipis sehingga mudah bergetar dan menghasilkan banyak getaran per detiknya. Alhasil, suara anak itu masih bernada tinggi sehingga terdengar imut. Namun ketika beranjak remaja, pita suara anak itu menebal sehingga lebih sulit bagi aliran udara untuk menggetarkannya. Banyaknya getaran per detik dari pita suara tersebut pun berkurang sehingga frekuensinya menurun. Akibatnya, suara anak remaja itu menjadi ngebass.
Sebetulnya fenomena ini juga terjadi pada anak perempuan, namun proses penebalannya tidak sebanyak yang terjadi pada anak laki-laki sehingga efeknya ngebass yang timbul tidak sedrastis anak laki-laki.
*******